Otak merupakan organ vital bagi tubuh manusia yang terdiri dari jutaan sel dan memiliki peran sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Menurut penelitian kemampuan otak manusia yang biasa digunakan setiap hari hanya kurang dari nol persen saja.
Bahkan seorang Albert Einsten saja yang merupakan salah satu orang terpintar di dunia hanya menggunakan kemampuan otaknya sebesar satu persen saja. Bisa dibayangkan jika kita dapat memaksimalkan kemampuan otak kita lebih dari satu persen, bisa jadi kita lebih jenius dari Albert Einsten bukan?
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan fungsi kerja otak, berikut cara-cara yang dapat kamu lakukan agar otak kamu bisa bekerja lebih maksimal.
1. Teknik Kebalikan
Maksud dari latihan ini adalah cobalah untuk beraktifitas dengan menggunakan kebalikan dari apa yang sudah biasa dilakukana dalam hal ini adalah kemampuan menggunakan anggota tubuh seperti tangan. Jika kamu kidal maka cobalah untuk melakukan kegiatan seperti mengambil barang dengan tangan kanan atau sebaliknya. Cobalah dengan aktifitas sehari-hari seperti memainkan handphone, sikat gigi, dan lain sebagainya.
2. Banyak Membaca
Dengan kegiatan membaca yang dilakukan setiap hari akan memberikan manfaat kepada otak yaitu otot-otot pada otak akan melentur. Selain melenturkan otot otak kegiatan membaca menurut penelitian akan menjauhkan kita dari demensia (kehilangan memori jangka pendek) karena membaca akan membangun cadangan kognitif pada otak. Bacalah informasi ringan seperti berita, novel atau komik untuk membantu otak agar dapat bekerja lebih maksimal.
3. Bermain Teka Teki Silang atau Puzzle
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi kerja otak adalah dengan banyak bermain permainan seperti puzzle, TTS, Sudoku, kotak rubik dan sebagainya. Hal ini akan membantu otak menjadi lebih aktif dalam mempertajam ingatan serta mencegah dari kepikunan.
4. Bermain Permainan Strategi
Salah satu cara untuk dapat berpikir lebih kreatif adalah dengan perbanyak memainkan permainan yang membutuhkan strategi. Permainan strategi yang biasa dimainkan seperti catur, game online di handphone, monopoli akan membuat sang pemain dapat lebih berpikir kreatif.
5. Merubah Rutinitas
Dengan merubah rutinitas menurut penelitian Lawrence Katz, profesor Neurobiologi di Duke University Medical Center, dapat mengaktifkan kembali koneksi otak yang sebelumnya tidak aktif. Hal yang dapat dilakukan seperti memilih jalan yang berbeda pada saat beraktivias sehari-hari atau mengatur tata letak barang di ruangan.
6. Belajar Bahasa Asing
Belajar bahasa asing diluar bahasa ibu yang biasa digunakan sehari-hari dapat membantu otak meningkatkan suplai darah ke otak dan berfungsi menjaga kesehatan koneksi saraf pada otak. Belajar bahasa asing akan mengaktifkan bagian otak yang belum pernah digunakan pada saat kita sudah mulai bicara. Pilihlah bahasa asing yang diminati, sekaligus menjadi modal sukses di kemudian hari.
7. Menikmati Musik
Musik dipercaya membawa ketenangan apabila kita pandai menikmatinya. Beragam aliran musik yang ada dapat kita pilih sesuai dengan kesukaan kita. Buatlah diri senyaman mungkin pada saat mendengarkan musik, karena dengan rasa tenang tersebut memberikan otak waktu istirahat setelah digunakan beraktivitas. Selain mendengarkan musik, belajar memainkan instrumen musik juga baik untuk meningkatkan koneksi saraf pada otak.
8. Latihan Fisik
Latihan fisik dibutuhkan agar aliran darah dapat lebih meningkat yang menuju ke otak. Dengan latihan fisik menurut Stanford Center on Longevity dan The Max Planck Institute for Human Development dapat meningkatkan perhatian, penalaran dan memori pada otak.
9. Mencari Hobi Baru
Dengan mencari hobi baru akan membuat otak lebih aktif. Hobi baru yang dapat dilakukan seperti jika kamu suka bermain alat musik seperti gitar cobalah untuk mengganti dengan piano, atau jika kamu suka menggambar cobalah mencari hobi baru yang terkait seni seperti memahat dan lain sebagainya.
10. Hidup Sosial
Ternyata manfaat saling mengunjungi teman adalah meningkatkan perlindungan dari penyakit otak seperti Alzheimer yang sudah dilakukan penelitian oleh Dr David Bennett dari Rush University Medical Center pada tahun 2006.